Senin, 30 September 2013

Potensi Gelombang Laut Sebagai Pembangkit Listrik

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau tak kurang dari 17.840 dan total luas perairannya mencapai lebih kurang 5.800.000 km persegi. Bahkan dengan diberlakukannya Perjanjian Hukum Laut Tahun 1982 (disahkan tahun 1985), total luas wilayah perairan Indonesia bertambah menjadi sekitar 8.800.000 km persegi. Sebagai tambahan bahwa total panjang garis pantai terluar Indonesia yang mencapai 95.181 km ini merupakan yang terpanjang ke-2 di dunia setelah Kanada (Turwidi, 2013)
Banyak orang yang suka bertamasya ke pantai. Mereka senang melihat birunya laut dan gelombang laut yang menggulung-gulung. Betapa indahnya pemandangan tersebut. Gerakan permukaan air laut yang turun naik juga bisa menghibur bagi yang menyaksikannya. Betapa hebat gelombang laut yang tak henti-henti bergerak. Ternyata di balik gelombang laut itu terdapat energi yang bisa dimanfaatkan. Kini gelombang laut telah dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Memang berbicara pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) kurang begitu popular. Sejumlah negara telah membangun PLTGL, tetapi jumlah masih sedikit (Ferial, 2013).
Laut dengan segala kekuatannya, menyimpan potensi sumber energi yang sangat besar. Secara umum potensi energi yang dapat diambil dari laut dapat dibagi menjadi tiga yaitu energi ombak, energi pasang surut dan energi panas laut. Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk energi itu adalah memakai energi kinetik untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. Energi kinetik dari pergerakan air laut baik gelombang maupun arus laut dan energi potensial dari perbedaan suhu permukaan laut itu semua merupakan potensi sumber energi yang dimilikioleh laut secara umum (Al hafiz, 2013).

Sebenarnya PLTGL bukanlah sesuatu yang baru. Berdasarkan sejarahnya, pemanfaatkan gelombang laut sebagai sumber energi listrik telah dilakukan sejak abad ke-18. Berdasarkan catatan s­jarah, Girard dan anaknya dari Prancis telah menggunakan energi gelombang laut. Selanjutnya pada 1919, Bochaux-Praceique telah memanfaatkan gelombang laut untuk menggerakkan alat pembangkit listrik untuk menerangi lampu rumahnya di Royan, dekat Boedeaix, Prancis. Penggunaan teknologi yang ilmiah dan modern untuk pemanfaatkan energi gelombang laut dirintis oleh peneliti Jepang Yoshio Masuda pada 1940-an. Dia telah mengetes berbagai konsep dari perangkat yang memanfaatkan energi gelombang laut. Ratusan unit alat pembangkit dites untuk menghasilkan listrik yang bisa menyalakan lampu. Pada 1950, Masuda telah menghasilan konsep yang juga maju (Ferial, 2013).
Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih. Prinsip teknologi ini cukup sederhana, gelombang laut yang datang disalurkan memasuki sebuah salurah runcing yang berujung pada sebuah bak penampung yang diletakkan pada sebuah ketinggian tertentu. Air laut yang berada dalam bak penampung dikembalikan ke laut melalui saluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil energi listrik. Adanya bak penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat beroperasi terus menerus dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi ini tetap memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi garis pantai yang tepat. Teknologi ini telah dikembangkan sejak tahun l985 (Sudarmono, 2013).

Daftar Pustaka

Al hafiz, Muhammad Ihsan. 2013. Pemanfaatan Potensi Energi Laut Di Indonesia. Karya Tulis. Madrasah Aliyah Negri 1. Bandar Lampung)
Ferial. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Tanpa Bahan. http://www.ebtke.esdm.go.id/en/energy/renewable-energy/ocean-flow/814-pembangkit-listrik-tenaga-gelombang-laut-tanpa-bahan-bakar-fosil-dan-ramah-lingkungan.html.  Diakses pada @& September 2013 20.00
Sudarmono S, Mahasiswa Magister Teknik Elektro STEI ITB. Potensi Laut Sebagai Energi Gelombang. http://www.alpensteel.com/article/52-106-energi-laut-ombakgelombangarus/3562--potensi-laut-sebagai-energi-gelombang. Diakses pada 27 September 2013 20.00)
Turwidi Buwang. 2013. Mengelola Potensi Laut Indonesia. http://mjeducation.co/fakta-tentang-potensi-kelautan-indonesia/. Diakses pada 27 September 2013 20.00














Sabtu, 28 September 2013

Cara Penanganan Ikan

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk. Hal ini dapat dilihat pada ikan-ikan yang baru ditangkap dalam beberapa jam saja kalau tidak diberi perlakuan atau penanganan yang tepat 



Penanganan ikan basah harus dimulai segera setelah ikan diangkat dari air tempat hidupnya, dengan perlakuan suhu rendah dan memeperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan. Penanganan Ikan Basah di Laut Ikan hasil tangkapan segera disemprot dengan air laut bersih sesaat tiba di geladak, kemudian dipisahkan dan dikelompokkan menurut jenis serta ukurannya. Perlakuan yang dikenakan harus dapat mencegah timbulnya kerusakan fisik (ikan tidak boleh diinjak atau ditumpuk terlalu tinggi). Ikan harus dilindungi terhadap terik matahari. Untuk itu, sebaiknya dipasang tenda atau atap yang melindungi tempat kerja dan wadak/palka pengumpulan. 


Jika dilakukan penyiangan, maka harus dilakukan dengan hati-hati dan harus dihindarkan sayatan yang kasar, salah atau melukai daging. Setelah penyiangan, ikan segera dicuci sampai benar-benar bersih, ditiriskan, baru kemudian siap didinginkan. Pencucian ikan dilakukan dengan air yang mengalir dan bersuhu rendah. Pendinginan dilakukan dengan menyelubungi ikan dengan es hancuran dan suhu ikan dipertahankan tetap pada sekitar 0°C selama penyimpanan.  Tinggi timbunan ikan dalam wadah penyimpan maksimal 50 cm ( tergantung jenis ikan) agar ikan tidak rusak. Jika pendinginan dilakukan dengan menggunakan air laut yang didinginkan, harus dilakukan sirkulasi air, baik secara mekanik maupu manual, agar terjadi perataan suhu dan terhindar dari penimbunan kotoran. Hasil tangkapan diberi tanda dalam pengumpulan dan pewadahan berdasarkan perbedaan angkatan jaring atau hari penangkapan.



Cara Pembongkaran Hasil Tangkapan

  1. Sewaktu membongkar muatan, hendaknya dipisahkan hasil tangkapan yang berbeda hari atau waktu penangkapannya. 
  2. Harus dihindarkan pemakaian alat-alat yang dapat menimbulkan kerusakan fisik, seperti sekop, garpu, pisau dan lain-lain.
  3.  Pembongkaran muatan harus dilakukan secara cepat dengan mengindarkan terjadinya kenaikan suhu ikan.
Penanganan Ikan Basah di Darat


  1. Pada saat dibongkar dari perahu, kapal atau kendaraan, sebelum dilelang atau dijual, sebaiknya ikan dalam wadah masih diselimuti es, agar tidak meningkat suhunya.
  2. Ikan tidak boleh dicuci dengan air kotor atau air tercemar lainnya.
  3. Di tempat pendaratan, pengumpulan, pelelangan dan pengepakan, selama menunggu perlakuan berikutnya, ikan tidak boleh diletakkan di lantai dan sebaiknya ikan ditaburi es.
  4. Setelah selesai penjualan atau pelelangan, ikan harus segera dikelompokkan menurut jenis, ukuran dan mutu kesegarannya.
  5. Jika ikan disiangi, maka sepanjang kegiatan penyiangan dan pencucian harus digunakan es hancuran yang cukup agar ikan tidak membusuk karena kenaikan suhu.
Penanganan Selama Pengangkutan dan Distribusi


  1. Selama pengangkutan dan distribusi, suhu ikan harus senantiasa rendah, alas wadah harus dilapisi es halus kemudian lapisan ikan yang ditaburi es disusun diatasnya.
  2. Diatas dan dibawah tumpukan peti ikan harus diberi lapisan es yang lebih tebal.

Penanganan Ikan Basah Selama Penjualan dan Pengeceran


  1. Selama penjualan dan pengeceran, ikan harus dipertahankan suhunya tetap rendah, yaitu sekitar 0°C, dengan cara melapisinya dengan es halus.
  2. Ikan harus ditempatkan khusus, terpisah dari produk pangan lainnya.
  3. Harus dilindungi terhadap pengaruh panas matahari, debu, serangga, binatang pengerat dan kotoran lainnya.
  4. Ikan-ikan disusun dalam lapisan yang tipis, diatas dan dibawahnya ditaburi es halus.
  5. Usahakan ikan tidak terlalu sering disentuh tangan
Sumber:

Udang Vaname Nusantara 1 Jadi Andalan Hadapi MEA

Published on September 26, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Udang



Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan, udang Vaname Nusantara 1 (VN-1) bakal menjadi komoditas andalan Indonesia saat mulai diberlakukannya pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015.
“KKP telah mempersiapkan udang sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, untuk mampu bersaing di pasar global melalui komoditas unggul udang VN-1,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto di Jakarta, Kamis.
Menurut Slamet, udang VN-1 akan menjadikan Indonesia tidak tergantung lagi pada benih atau induk udang impor, bahkan Indonesia dinilai mampu mengekspor udang VN-1 ke negara ASEAN lainnya.
Sebagai negara produsen udang yang bebas dari penyakit udang Early Mortality Syndrome (EMS) dan bebas residu, ujar dia, Indonesia juga berpeluang meningkatkan produksi dengan terus menggunakan produk dalam negeri dan tidak tergantung produk luar negeri. “Udang Indonesia lebih sehat dan lebih aman dibandingkan udang dari negara lain,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP.
Ia juga menyatakan, udang V-1 saat ini telah berhasil dikembangkan melalui uji coba budidaya skala intensif dan dinilai cukup berhasil.
Berdasarkan data KKP, dengan padat tebar 100 ekor/meter persegi, SR 85 persen dan dibudidayakan selama 100 hari, mampu menghasilkan 20 ton udang/hektare dengan ukuran panen 48 ekor/kilogram.
“Ini membuktikan bahwa udang VN-1 yang sebelumnya hanya dibudidayakan secara tradisional atau semi intensif, mampu dibudidayakan secara intensif dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi,” ujar Slamet.
Sebagaimana diberitakan, keberhasilan Indonesia dalam melakukan budidaya sejumlah komoditas perikanan juga menarik minat sejumlah negara lain.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BPSDM KKP) Suseno Sukoyono menyatakan, Thailand ingin belajar cara untuk budidaya ikan hias laut dari Indonesia.
“Kami telah menerima kunjungan delegasi Thailand. Mereka ingin belajar budidaya ikan hias air laut dari Indonesia,” kata Suseno dalam acara “Sinergitas Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Hias” di KKP, Jakarta, Rabu (18/9).
Ia mengingatkan, Indonesia dikenal dengan kekayaan ikan hias yang melimpah antara lain karena 70 persen keanekaragaman ikan hias dunia ditemukan di Indonesia.

Perdagangan ikan hias Indonesia pada 2012 mencapai 58 juta dolar AS dan total perdagangan ikan hias dunia saat ini mencapai 5 miliar dolar. (Sumber : Republika)